ad300x250

News Update :
Home » » Yakinlah Bahwa Linux adalah solusi dan Linux adalah milik kita

Yakinlah Bahwa Linux adalah solusi dan Linux adalah milik kita

Minggu, 06 Oktober 2013 06.01

Ok...,  Saya akan paparkan satu persatu:

1. Linux adalah milik kita
Sunggah amat sangat sulit untuk mencintai linux sebagai OS pendukung kita. Di Indonesia mau tidak mau kita telah didoktrin atas sebuah operating system komersial yang berkembang sebut saja OS besutan Microsoft. Pengalaman saya semenjak masih dibangku sekolah saya mendapatkan pelajaran untuk mengoperasikan komputer yang nota bene telah dibenamkan os besutan microsoft, Windows. Ketika di luar sekolah pun saya mau tidak mau menjumpai os yang sama ketika menggunakan sebuah komputer. Oleh karena itu tak pelak juga saya amat sangat dan (setidaknya sebagian) menguasai OS ini, dimanjakan dengan grafis dan kemudahan-kemudahannya (pencarian aplikasi + instalasi program). Kesulitan muncul ketika saya mulai mengenal linux serta distro-distro yang mengikutinya.
Kebetulan distro pada waktu itu (tahun 2005-2006) yang saya dapati adalah Knoppix. Bisa dibilang knoppix ini yang berjasa mengenalkan linux kepada saya. Bisa dibilang bisa menggantikan sementara karena saya rasa cock dengan model grafisnya yang hampir mirip dengan tampilan grafis Windows. Saya rasa saya mulai bisa menerima. Tetapi kesulitan dimulai ketika “ketidak-otomatisan”nya terhadap beberapa device untuk dapat dibuka (automount-read/write). Sebagai contoh untuk membaca flash disk saja harus di mount dulu baru bisa kita baca (#mount /dev/sdb/ /mnt/sdb). Report sekali.
Suatu saat saya melihat teman saya membawa mac-pro. Saya terkagum melihat os yang satu ini. Pengoperasiannya keren, dengan beberapa  gesture jari yang berbeda membuat beberapa perintah berbeda atas os ini.  Saya ingin memilikinya, saya ingin os saya sama dengan os ini. Tapi os yang saya pakai saat itu (micr*****)tak dapat melakukan hal yang sama dengan os tersebut. Saya mulai berfikir bagaimana cara agar saya dapat memilikinya. Master Os-nya mahal, tidak dapat bekerja di I386 dan lain sebagainya.
Tepat di tahun 2012 muncul  Ubuntu 12.04 dengan unity dekstopnya dan segala kemudahannya. Hal itulah yang mendorong saya menggunakan linux sebagai OS saya (walau sejak tahun 2006 saya hunting distro linux- tetapi tak ada satupun yang cocok).
Sebuah terobosan yang baru. Bagaimana kita men-tweak OS kita agar kita bisa nyaman bekerja (woro-woro, saat ini linux mulai dikembangkan lebih user friendly). Itulah keistimewaan linux. Saya ingin tampilannya elegan. So Linux ini saya permak sana sini sesuka saya agar  saya nyaman kerjanya. Ditegaskan bahwa hal itu sah.  “You are in your owner” .
2. Make it Expert
Dulu tahun 2006 teman saya bilang bahwa “ribet amat make linux, ga otomatis”. Yup itu benar dan saya tidak menutup-nutupi bahwa linux itu amat sangat sulit dan ribet (pada waktu itu).  Tapi dalam perkembangannya linux semakin lama semakin user friendly. Walau pada kenyataannya ada yang bilang bahwa ini suatu kemunduran atau suatu kemajuan. Tapi saya bilang orang bebas ber opini tetapi linux adalah milik kita so masih banyak varian koq jika salah satu distro ga sreg di hati masih ada pilihan lain. Karena dalam memilih distro itu sama dengan memilih pasangan hidup, satu yang cocok di hati dan satu itu yang akan ditekuni (baca Panduan umum menjadi pengguna linux yang baik). Dalam beberapa komunitas banyak yang saya jumpai bahwa Si A lebih suka Distro ini karena sreg, karena Fasilitasnya dan sebagainya. Itulah linux
Lalu hubungannya dengan subtitlenya?. Okelah kalau begitu. Walaupun saat ini linux sudah banyak yang berorientasi ke dekstop grapical environment yang telah user friendly berarti tidak juga sirna dari banyak masalah yang dijumpai. Bagi saya saya sudah cocok dengan precisenya ubuntu, maka segala macam masalah yang saya jumpai itulah yang harus saya pecahkan, karena saya telah memilih. Sekarang saya ga usah mikir soal #mount dan mount -rw karena sudah otomatis, tetapi hal selainnya merupakan sebagai hal pembelajaran mengenai linux. Problem – knowing the problem and solve the problem. Dengan seperti itu apakah tidak bisa dibilang akan menjadi mahir (expert).  Bahkan dengan hal sepele atas proses menjadikan linux itu milik kita sedikit banyaknya kita telah menjadi seorang yang mahir komputer. Ternyata….
3. Ternyata Menyenangkan
Tak kenal maka tak sayang, walaupun terkesan sering di dengar dan sepele tetapi paling nyata efeknya. Kalau kita sudah mematenkan “Gue ga Suka linux dan tetep setia sama si A” ya sudah mau gimana lagi. Seumur-umur linux bakalan sulit dan jelek.. Sebagai contoh saya. Sebenarnya saya lebih menyukai gnome dari pada unity, Tetapi takdir berkehendak lain. Saya mulai berani berexperimen dan dengan unity ini saya berhasil menjadikan linux sebagai sesuatu yang saya cari selama ini dan berhasil menjadikan linux sebagai milik saya dan saya nyaman atasnya.
Ada yang bilang bahwa tampilan linux itu ga keren. Soal itu saya ga akan berkomentar banyak karena saya sudah membuktikan bahwa Linux appearance can be tweak and being more than you know… buktikan sendiri
Tampilan Grafis akhir dari hasil olahan saya

Yang perlu saya garis bawahi adalah proses dan hasil yang telah saya capai ini yang membuat linux menyenangkan. Ada beberapa tantangan yang harus dipecahkan. Jangan bilang bahwa dirimu seorang pemula, tetapi seorang yang mau belajar itu lah yang benar. Jika memiliki kesulitan kan bisa tanya, banyak referensi, banyak forum dan banyak komunitas. Mereka baik-baik koq walau ada beberapa yang beratmosfir kurang menyenangkan dan saya sangat menyayangkan hal itu.
4. Linux Support Program
Kalau ada yang bilang “saya masih belum bisa meninggalkan si B karena programnya”. Jangan kuatir. Kita masih bisa menjalankan dilinux, seperti wine – play on linux – dosemu dan sebagainya bisa pilih sendiri, kalau tidak ya bisa dual boot….

At last, bahwa segala macam bentuk motivasi alternative dapat menjadikan modal awal kita untuk mengenal dan mencintai linux. So mengapa harus takut bermigrasi ke linux.
YOU MIGHT ALSO LIKE

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Area L I N U X 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.